Rabu, 19 Oktober 2016

Tugas Epidemiologi Pa Idrus



Nama  :  Yuliana Angeline
Nim     :  201532204
Tugas  Epidemiologi
Sesi 03



         Data perubahan pola penyakit dan kematian di Indonesia
Pola penyakit dan kematian di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor dan adanya  suatu pengaruh dari globalisasi. Melihat dari data-data perubahan pola penyakit dan kematian di Indonesia bisa memberikan suatu gambaran kepada kita khususnya Kementerian Kesehatan tentang derajat kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya
Secara umum perubahan pola penyakit secara global maupun di Indonesia berubah dari Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular, tetapi di Indonesia belum mampu menuntaskan Penyakit Menular yang telah ada bahkan muncul Penyakit Menular yang lainnya, sedangkan Penyakit Tidak Menular juga Meningkat.
Pada tulisan ini, data-data yang disajikan berdasarkan Laporan Hasil Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, 2013 serta sedikit data dari SUSENAS 2001.
Misalnya saja pada tahun 2000 terjadi perubahan penyakit penyebab kematian di Indonesia yaitu dari penyakit infeksi menjadi penyakit sirkulasi ( jantung dan pembuluh darah otak). penelitian dari SUSENAS 2001 menunjukkan bahwa jumlah kematian di Indonesia tahun 2000 sebanyak 3.322.

Gambar 1 : Penyakit Penyebab utama kematian di Indonesia tahun 2000.
    Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penyakit penyebab utama kematian di Indonesia tahun  pada 2000 adalah penyakit sirkulasi (jantung dan Pembuluh darah otak). penyakit sirkulasi ini termasuk dalam klasifikasi penyakit tidak menular/non-infeksi. Jumlah kematian dengan penyebab penyakit sirkulasi sebanyak 220 per 100.000, kemudian disusul dengan penyakit infeksi dengan jumlah 174 per 100.000 penduduk, dan pada urutan ketiga ada penyakit pernapasan sebanyak 85 per 100.000 penduduk. Pada data tersebut, kita juga bisa melihat bahwa pemerintah Indonesia dihadapkan dengan permasalah ganda, dimana penyakit infeksi belum sepenuhnya dicegah atau dihilangkan tetapi penyakit non infeksi/tidak menular terus menerus bertambah.





            ISPA                           Pneumonia                 TB                   Campak
Provinsi
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan gejala
Diagnosis dan Gejala
<1
14,9
35,92
0,76
2,20
0,17
0,47
1,81
2,44
1-4
16,1
42,53
1,00
3,02
0,38
0,76
2,36
3,41
5-14
9,2
28,89
0,56
1,81
0,23
0,53
1,27
1,94
15-24
5,6
19,91
0,37
1,33
0,21
0,60
0,42
0,79
25-34
6,1
20,71
0,47
1,59
0,32
0,83
0,29
0,60
35-44
6,6
21,51
0,56
1,84
0,44
1,10
0,26
0,60
45-54
7,0
23,26
0,69
2,42
0,59
1,45
0,21
0,58
55-64
7,7
25,77
0,94
3,38
0,70
1,91
0,21
0,61
65-74
8,4
28,30
1,27
4,69
1,08
2,62
0,15
0,60
>75
9,0
30,17
1,34
5,04
1,10
2,75
0,13
0,57
Laki-laki
8,06
25,57
0,67
2,26
0,44
1,08
0,67
1,17
Perempuan
8,04
25,49
0,66
2,00
0,35
0,90
0,70
1,18
Perkotaan
8,13
23,30
0,56
1,63
0,36
0,77
0,62
0,92
Perdesaan
8,00
26,87
0,67
2,43
0,42
1,12
0,73
1,33
Tidak sekolah
7,79
27,60
1,14
4,26
0,88
2,42
0,34
0,96
Tidak tamat SD
7,40
26,07
0,69
2,70
0,53
1,46
0,51
1,04
Tamat  SD
6,46
22,92
0,55
2,01
0,39
1,02
0,40
0,82
Tamat SMP
6,20
20,49
0,46
1,42
0,31
0,73
0,35
0,62
Tamat SMA
6,21
18,81
0,43
1,22
0,29
0,62
0,24
0,48
Tamat  PT
6,67
17,73
0,47
1,21
0,27
0,60
0,21
0,39
Tidak kerja
6,99
23,17
0,84
2,83
0,62
1,40
0,40
0,84
Sekolah
6,77
22,96
0,40
1,34
0,18
0,49
0,80
1,26
Ibu RT
6,42
21,75
0,50
1,80
0,39
0,98
0,27
0,61
Pegawai
6,58
18,07
0,42
1,17
0,27
0,56
0,18
0,37
Wiraswasta
6,37
20,47
0,56
1,69
0,42
0,89
0,26
0,53
Petani/Nelayan/
6,85
24,57
0,72
2,73
0,55
1,60
0,27
0,73
 
Keterangan table di atas adalah menunjukkan data prevalensi penyakit ISPA, Pneumonia, TB dan Campak menurut karakteristik pada RISKESDAS 2007
Memacu dari data tersebut, dilihat bahwa empat belas dari 33 provinsi mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Provinsi dengan prevalensi ISPA tinggi juga menunjukkan prevalensi pneumonia tinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur, Nanggore Aceh Darussalam, Papua Barat, Gorontalo dan Papua.
Prevalensi angka nasional untuk tuberculosis paru klinis sebesar 1,0%. Dua belas di antaranya dengan prevalensi di atas angka nasional, tertinggi di Provinsi Papua Barat (2,5%) dan ternedah di Provinsi Lampung (0,3%). Sedangkan Prevelensi campak di Indonesia adalah sebesar 1,2%. Tertinggi di Provinsi Gorontalo (3,2%) dan terendah di provinsi Lampung dan Bali (0,4%)
Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15-24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relative sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita lebih rendah.
Untuk kasus pneumonia, kelompok umur >55 tahun (>3%) pneumonia lebih tinggi. Pneumonia terdeteksi relative lebih tinggi pada laki-laki dan satu setengah kali lebih banyak di pedesaan dibandingkan di perkotaan.
Prevalensi TB Paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur dan prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB Paru 20% lebih tinggi daripada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di perkotaan dan empat kali pada kelompok pendidikan rendah dibandingkan dengan pendidikan tinggi dan relative sama menurut tingkat pengeluaran RT per kapita.

Penyakit Tidak Menular
Data penyakit tidak menular pada Riset Kesehatan Dasar yang disajikan meliputi penyakit sendi, asma, stroke, jantung, DM, hipertensi, tumor/kanker. Penyakit sendi, hipertensi dan stroke dinyatakan kepada responden umur 15 tahun ke atas.
                                    Penyakit Sendi(%)      Hipertensi (%)             Stroke (per mil)
Provinsi
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan minum obat
Diagnosis dan gejala
Diagnosis dan Gejala
NAD
23,1
34,2
9,2
10,0
10,4
16,6
Sumatera Utara
11,9
20,2
5,2
5,4
5,0
6,8
Sumatera Barat
19,0
33,0
7,6
8,4
6,9
10,6
Riau
12,6
26,8
7,8
8,2
3,8
5,0
Jambi
15,6
27,6
5,1
5,5
4,5
6,1
Sumatera Selatan
19,3
23,9
6,0
6,3
6,3
7,3
Bengkulu
19,2
30,9
8,1
8,3
5,5
6,5
Lampung
12,1
26,0
6,6
6,8
5,4
6,4
Bangka Belitung
13,6
27,4
8,4
8,9
6,4
8,1
Kepulauan Riau
9,5
17,6
7,3
7,7
10,1
14,9
DKI Jakarta
15,3
29,3
9,5
9,8
9,4
12,5
Jawa Barat
17,7
41,7
8,8
9,1
7,5
9,3
Jawa Tengah
12,0
36,8
7,6
7,9
5,7
7,6
DI Yogyakarta
9,3
27,1
8,3
8,6
7,1
8,4
Jawa Timur
13,2
30,9
7,3
7,5
5,9
7,7
Banten
11,7
28,9
8,0
8,6
5,9
7,2
Bali
20,4
32,6
5,5
5,7
4,4
6,8
Nusa Tenggara Barat
15,1
33,6
6,4
6,7
7,2
12,5
Nusa Tenggara Timur
14,0
38,0
5,0
5,1
4,5
7,1
Kalimantan Barat
14,2
30,0
8,1
8,4
4,6
5,5
Kalimantan Tengah
10,3
28,1
9,2
9,7
5,3
6,8
Kalimantan Selatan
9,0
35,8
9,0
9,4
7,9
9,8
Kalimantan Timur
12,6
23,7
9,0
9,3
5,0
7,0
Sulawesi Utara
11,4
25,5
11,2
11,4
8,5
10,4
Sulawesi Tengah
8,3
29,7
7,7
8,2
4,8
10,0
Sulawesi Selatan
8,8
26,6
5,7
5,9
5,0
7,4
Sulawesi Tenggara
11,7
26,8
6,6
7,3
3,9
7,6
Gorontalo
11,6
29,1
9,1
10,0
8,2
14,9
Sulawesi Barat
7,5
24,8
4,1
4,7
2,9
5,3
Maluku
12,0
23,4
4,1
4,4
3,8
4,6
Maluku Utara
10,7
22,9
5,0
5,2
5,6
6,7
Papua Barat
28,8
38,2
6,9
7,1
5,7
9,5
Papua
19,7
29,1
4,3
4,4
2,4
3,8
Indonesia
14,0
30,3
7,2
7,6
6,0
8,3
 Keterangan untuk table di atas adalah prevalensi penyakit tidak menular menurut provinsi pada RISKESDAS 2007
Prevalensi penyakit sendi secara nasional sebesar 30,3%. Menurut provinsi, prevalensi penyakit sendi tertinggi dijumpai di Provinsi Papua Barat (28,8%) dan terendah di Sulawesi Barat (7,5%). Terdapat 11 provinsi dengan prevalensi penyakit sendi lebih tinggi dari angka nasional.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat ( 20,1 %). Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat.
                        Penyakit sendi (%)      Hipertensi (%)             Stroke (per mil)
                        Diagnosis  gejala        Diagnosis  gejala    Diagnosis    Gejala
18-24 Tahun
2,3
6,9
0,9
0,9
1,1
1,7
25-34 Tahun
7,4
19,0
2,5
2,6
1,6
2,5
35-44 Tahun
14,1
32,8
6,3
6,7
2,9
4,7
45-54 Tahun
22,2
46,3
11,9
12,5
8,1
11,3
55-64 Tahun
28,8
56,4
17,2
17,9
15,5
20,2
65-74 Tahun
33,5
62,9
22,3
23,1
25,0
31,9
75+ Tahun
35,1
65,4
23,3
24,2
29,7
41,7
Laki-Laki
12,7
28,2
5,8
6,1
6,1
8,3
Perempuan
15,1
32,2
8,6
9,0
5,8
8,3
Tidak Sekolah
25,7
53,7
13,9
14,7
11,9
18,0
Tidak Tamat SD
20,5
44,9
10,6
11,5
8,2
12,0
Tamat SD
15,3
33,7
7,5
8,5
5,9
8,2
Tamat SMP
8,9
19,6
4,4
5,8
3,7
4,9
Tamat SMA
8,2
18,0
4,5
4,8
3,9
4,9
Tamat PT
9,6
18,8
6,7
7,1
6,2
7,8
Tidak Kerja
16,0
31,3
11,1
11,5
17,1
22,6
Sekolah
2,0
4,8
0,7
0,8
1,3
1,7
Ibu RT
15,6
33,4
9,1
9,4
5,2
7,3
Pegawai
9,7
20,1
6,3
6,6
5,1
6,6
Wiraswasta
13,4
29,1
7,2
7,6
5,1
7,0
Petani/Nelayan/Buruh
16,6
37,6
6,6
6,9
4,2
6,5
Lainnya
13,4
28,4
8,5
8,9
7,5
9,8
Perkotaan
11,9
25,8
7,6
0,3
6,9
9,1
Perdesaan
15,2
33,2
7,0
0,4
5,4
7,8
Table prevalensi Penyakit sendi, hipertensi dan stroke menurut karakteristik.
  Menurut karakteristik responden, prevalensi penyakit sendi, hipertensi maupun stroke tampak meningkat sesuai peningkatan umur. Prevalensi penyakit sendi cenderung lebih tinggi pada perempuan, demikian pula pada prevalensi hipertensi. Sedangkan pola prevalensi stroke menurut jenis kelamin tidak tampak perbedaan mencolok.
Prevalensi penyakit sendi, hipertensi dan stroke cenderung cenderung tinggi pada tingkat pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkat tingkat pendidikan, namun meningkat kembali pada kelompok pendidikan tamat PT. berdasarkan pekerjaan, prevalensi penyakit sendi pada petani/buruh/nelayan ditemukan lebih tinggi daripada kelompok pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk hipertensi dan stroke, prevalensi ditemukan lebih tinggi pada kelompok tidak bekerja.
    Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 untuk Penyakit Menular hanya terbatas pada beberapa penyakit yang ditularkan oleh vector, penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan penyakti yang ditularkan melalui makanan atau air. Penyakit yang ditularkan oleh vector adalah filariasis, demam berdarah dengue dan malaria. Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air adalah tifoid, hepatitis dan diare.
Sebelum berbicara mengenai data, hendaknya kita memiliki pemahaman dasar terlebih dahulu mengenai penyakit-penyakit tersebut.
·         Filariasis (Penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, dan dapat menyebabkan kecacatan dan stigma. Umumnya penyakit ini diketahui setelah timbul gelaja klinis kronis dan kecacatan.
·         Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi tular vector yang sering menyebabkan kejadian Luar Biasa, dan tidak sedikit menybebakan kemtian. Penyakit ini bersifat musima yiatu biasanya pada musim hujan yang memungkinkan vector penular hidup di genangan air bersih.
·         Malaria merupakan penyakit menulae yang menjadi perhatian global penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan karena juga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa, berdampak luasa terhadap kualitas hidup dan ekonomi.

Filariasis                     DBD                           Malaria
Provinsi
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan gejala
Pemakaian obat
NAD
0,35
0,64
0,50
1,10
1,89
3,66
36,41
Sumatera Utara
0,03
0,08
0,10
0,29
1,32
2,86
42,57
Sumatera Barat
0,04
0,08
0,12
0,59
0,55
1,65
46,33
Riau
0,04
0,07
0,21
0,78
0,85
2,03
43,55
Jambi
0,03
0,07
0,19
0,45
1,73
3,23
42,34
Sumatera Selatan
0,01
0,07
0,16
0,37
1,01
1,63
44,69
Bengkulu
0,03
0,09
0,07
1,24
4,81
7,14
60,99
Lampung
0,01
0,03
0,07
0,16
0,27
1,42
30,67
Bangka Belitung
0,02
0,10
0,04
0,43
5,07
7,09
58,32
Kepulauan Riau
0,06
0,15
0,21
0,42
0,79
1,41
64,77
DKI Jakarta
0,08
0,14
0,84
1,15
0,10
0,51
26,44
Jawa Barat
0,04
0,05
0,22
0,41
0,07
0,42
24,46
Jawa Tengah
0,03
0,06
0,30
0,46
0,08
0,41
23,03
DI Yogyakarta
0,00
0,03
0,25
0,43
0,07
0,30
20,00
Jawa Timur
0,01
0,04
0,16
0,25
0,05
0,18
34,83
Banten
0,02
0,06
0,27
0,52
0,09
0,32
28,57
Bali
0,05
0,10
0,13
0,29
0,10
0,31
43,08
Nusa Tenggara Barat
0,04
0,09
0,18
1,10
2,22
3,75
48,37
Nusa Tenggara Timur
0,12
0,26
0,26
2,45
5,73
12,04
47,78
Kalimantan Barat
0,04
0,06
0,16
0,43
1,82
3,26
53,66
Kalimantan Tengah
0,04
0,06
0,11
0,30
1,51
3,37
49,41
Kalimantan Selatan
0,02
0,04
0,17
0,27
0,31
1,41
27,35
Kalimantan Timur
0,02
0,03
0,33
0,54
1,06
1,67
51,28
Sulawesi Utara
0,03
0,07
0,15
0,38
0,45
2,12
43,10
Sulawesi Tengah
0,04
0,14
0,21
1,09
2,58
7,36
41,78
Sulawesi Selatan
0,03
0,08
0,09
0,60
0,32
1,37
23,62
Sulawesi Tenggara
0,04
0,11
0,15
0,96
0,88
2,16
36,36
Gorontalo
0,05
0,12
0,12
0,58
0,88
2,87
39,53
Sulawesi Barat
0,01
0,03
0,10
0,70
0,86
2,02
36,10
Maluku
0,00
0,09
0,09
0,42
2,87
6,06
39,90
Maluku Utara
0,06
0,09
0,18
0,77
3,31
7.23
49,27
Papua Barat
0,23
0,45
0,33
2,02
15,65
26,14
59,33
Papua
0,14
0,29
0,05
0,93
12,09
18,41
65,52
Indonesia
0,05
0,11
0,20
0,62
1,39
2,85
47,68












  Angka prevalensi nasional untuk filariasis sebesar 1,1 per mil. Ada delapan provinsi yang mempunyai prevalensi filariasis melebihi angka prevalensi nasional, yaitu Provinsi NAD ( 6,4 per mil ), Papua Barat ( 4,5 per mil), Papua ( 2,9 per mil), Nusa Tenggara Timur ( 2,6 per mil), Kepulauan Riau ( 1,5 per mil), DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah (1,4 per mil)
Terdapat 12 prevalensi DBD lebih tinggi dari angka Nasional yaitu NTT (2,5%), Papua Barat (2,0%), Bengkulu dan DKI Jakarta (1,2%), Sulawesi tengah dan NTB serta NAD (1,1%), Sulawesi Tenggara ( 1,0 %), Papua (0,9%), Riau dan Maluku Utara (0,8%) dan Sulawesi Barat (0,7%)
DBD dahulu hanya dikenal sebagai penyakit pada anak-anak, namun kini banyak ditemukan pada penderita dewasa. Prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun (0,7%) dan terendah pada bayi (0,2%).
Penyakit menular lainnya yang termasuk dalam penyakit pernasafan, Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. ISpa yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia. Neumonia merupakan Penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita.
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular kronis yang menjadi isu global. Di indoensia, penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit karena berdamapak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian.